Jakarta, Kompas - Indonesia yang berpenduduk lebih dari 225 juta
jiwa baru sanggup menerbitkan sekitar 8.000 judul buku per tahun. Jumlah ini
sama dengan Malaysia yang berpenduduk sekitar 27 juta jiwa dan jauh di bawah
Vietnam yang bisa mencapai 15.000 judul buku per tahun dengan jumlah penduduk
sekitar 80 juta jiwa.
”Penerbitan buku berdasarkan data dari semua Toko Buku Gramedia
baru mencapai sekitar 8.000 judul buku per tahun. Jumlah itu di bawah angka
yang disebutkan Ikapi mencapai 10.000 judul buku per tahun,” kata CEO Kompas
Gramedia Agung Adiprasetyo pada acara pembukaan Kompas Gramedia Fair di Istora
Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (27/1).
Agung mengatakan, dari sejumlah riset soal jumlah penduduk yang
mengunjungi toko buku atau yang suka membaca, jumlahnya hanya mencapai 12-15
persen. Karena itu, perubahan untuk mendorong minat baca perlu terus
ditingkatkan.
Sekarang pertanyaannya
adalah, kenapa minat baca perlu ditingkatkan, lalu apa hubungannya dengan dunia
penerbitan? Dan yang terakhir, siapakah yang
bertanggung jawab membina minat baca masyarakat?
Untuk mengurai pertanyaan di atas, kita harus mengerti dulu apa
definisi minat baca, unsur minat baca dan bagaimana fakta dari minat baca
tersebut. Pertama kita akan membahas minat baca dari segi bahasa, minat baca
terdiri dari dua kata yaitu ‘minat’ dan ‘baca’. Kata minat termasuk kata benda,
minat memiliki arti kecenderungan
hati yg tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan: saya tidak ada --
untuk belajar melukis;. Sedangkan baca
termasuk kata kerja yang memiliki arti 1. , mem·ba·ca
v 1 melihat serta memahami isi dr apa yg tertulis (dng melisankan
atau hanya dl hati) Dengan begitu kita tau bahwa minat baca memiliki pengertian
kecenderungan untuk memahami isi dari apa yang tertulis.
Sekarang kita akan membahas unsur pembentuk minat baca. Minat baca
terbentuk oleh beberapa unsur yaitu manusia (sebagai subjek), karya tulis (sebagai
objek), dan penggerak dari perilaku manusia, yang kami artikan disini sebagai fitrah manusia (modal yang ada disetiap
manusia sejak lahir), dan terakhir yaitu mafahim
(pemikiran) yang berfungsi sebagai penimbang / alat pertimbangan perilaku
manusia. Keempat unsur tersebut adalah pembentuk munculnya minat baca. Dengan mengetahui
hakikat dari unsur pembentuknya, kita akan mudah untuk membentuk perilaku minat
baca itu sendiri, baik untuk diri kita sendiri maaupun untuk masyarakat luas.
Setelah mengetahui definisi dan unsurnya, kita akan memulai melihat
fakta dari proses munculnya minat baca. Minat baca adalah sesuatu yang bukan termasuk
fitrah manusia, bukan sesuatu yang muncul dari pembawaan lahir, seperti gharizah (naluri) dan hajatul
udawiyah (kebutuhan jasmani), artinya minat baca tersebut
harus diusahakan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengusahakannya kita harus
tahu proses terbentuknya minat baca itu sendiri.
Nah Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Minat baca merupakan salah satu bentuk kecenderungan manusia, kecenderungan
ini akan memunculkan perilaku atau kegiatan membaca. Kecenderungan tersebut muncul
dari dorongan fitrah manusia dan kemudian mafahim
akan mengarahkannya kepada pemahaman bahwa seseorang harus membaca karena
memiliki beberapa manfaat. Lalu hal apa yang harus dibentuk untuk menciptakan
minat baca seseorang, jawabannya adalah sebagai berikut.
Manusia memiliki bahan bakar untuk berperilaku atau bergerak,
yaitu fitrah manusia yang berwujud gharizah (naluri) dan hajatul
udawiyah (kebutuhan jasmani). Gharizah (naluri) di bedakan menjadi tiga, yaitu Gharizatul
baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta,
cinta pada kedudukan, pengen diakui, dll. Gharizatut tadayyun (naluri untuk
mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan
penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah. Gharizatun nau'
(naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa
berupa rasa sayang kita kepada ibu, teman, saudara, kebutuhan untuk disayangi
dan menyayangi kepada lawan jenis. Kemudian fitrah
manusia kedua adalah Hajatul
udawiyah (kebutuhan jasmani) seperti
rasa lapar, haus, ngantuk.
Perbedaan dari keduanya adalah terletak pada konsekuensi
pemenuhannya. Gharizah (naluri) ketika
tidak dipenuhinya kebutuhan tersebut tidak akan menyebabkan kematian pada diri
seseorang, hanya berakibat beberapa kegoncangan jiwa. Berbeda dengan hajatul
udawiyah (kebutuhan jasmani) yang akan menyebabkan kematian
apabila tidak dipenuhi. Artinya apa, bahwa seseorang akan memilih untuk
memenuhi hajatul udawiyah (kebutuhan
jasmani) terlebih dahulu ketimbang Gharizah
(naluri). Posisi kecenderungan minat baca lebih tepat muncul dari gharizah baqa’ karena motif orang membaca berhubungan dengan hasil atau
manfaat apa yang dia peroleh. Artinya wajar, apabila orang yang makan, minum,
pakaian dan kebutuhan pokok lainnya belum tepenuhi tidak akan sekali-kali memiliki
minat baca.
Naluri
tersebut bersifat fluktuatif, sehingga
ketika kita hanya mengandalkan naluri untuk membangun kecenderungan kita
membaca juga akan bersifat sementara saja. terkadang manusia merasa bodoh sehingga
sangat membutuhkan ilmu tambahan dari membaca, dan terkadang pula orang tidak
menyadari bahwa dia itu butuh. Dari sinilah peran mafahim (pemikiran) dibutuhkan. Pertama kita harus sadar
sesadar-sadarnya perbedaan manusia dengan hewan, yaitu terletak pada sandaran
perbuatannya. Hewan bergerak dan berperilaku atas dasar dorongan naluri dan
kebutuhan jasmani saja, sedangkan manusia disamping bergerak karena kedua hal
tersebut, manusia memiliki akal yang berguna sebagai alat penimbang baik/buruk,
salah/ benar. Jika kita membaca hanya karena dorongan naluri atau dalam bahasa
beken ‘gue kagak mood nih buat baca,
males ah..’, maka apa bedanya dengan “saudara kembar kita”. Memang menumbuhkan minat baca pada awalnya perlu didorong
naluri, namun dalam perjalanan tidaklah cukup untuk menjamin keistiqomahan kita
dalam membaca. Perlu adanya suatu kesadaran penuh tentang pentingnya membaca. Proses
penyadaran membaca akan diperoleh jika kita paham akan pentingnya membaca. Setelah
paham tugas kita tinggal meyakinkan diri tentang pentingnya membaca, sehingga
dengan proses yang konsisten ini akan menimbulkan reading habit.
Selain
unsur dari internal manusia, kecenderungan untuk membaca ini juga terkadang
muncul dari faktor eksternal. Kita tentu sering mengalaminya setiap hari,
seperti kita terpaksa membaca karena akan ujian, kita pura-pura membaca supaya
orang yang kita sukai simpatik, dan banyak sekali contoh kita terpaksa membaca
karena bukan minat, melainkan karena terkondisikan. Untuk menumbuhkan minat
baca yang berkelanjutan, tentu yang terpenting adalah menumbuhkan minat
tersebut dari diri seseorang itu sendiri, karena jika hanya datang dari luar
itu jelas bersifat situasional dan akhirnya hanya menghabiskan energi membaca
tanpa adanya manfaat yang kita peroleh.
Untuk
pembahasan mengenai hubungan minat baca dan siapakah yang berkewajiban
menumbuhkan minat baca ini insyaaLlah
akan dilanjutkan di lain waktu.
Yanuargo
Assalamu'alaikum Wr.Wb
ReplyDeleteplease share to hadisardini@gmail.com
we need your information
Nice
Best Regard
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Hadi Sardini
0856 4104 1414