selamat datang **** sugeng rawuh **** ahlan wa sahlan **** http://www.facebook.com/pustakawankaranganyar **** deche.ygo@gmail.com

Friday, 8 June 2012

Merekonstruksi Minat Baca 1



Jakarta, Kompas - Indonesia yang berpenduduk lebih dari 225 juta jiwa baru sanggup menerbitkan sekitar 8.000 judul buku per tahun. Jumlah ini sama dengan Malaysia yang berpenduduk sekitar 27 juta jiwa dan jauh di bawah Vietnam yang bisa mencapai 15.000 judul buku per tahun dengan jumlah penduduk sekitar 80 juta jiwa.

”Penerbitan buku berdasarkan data dari semua Toko Buku Gramedia baru mencapai sekitar 8.000 judul buku per tahun. Jumlah itu di bawah angka yang disebutkan Ikapi mencapai 10.000 judul buku per tahun,” kata CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo pada acara pembukaan Kompas Gramedia Fair di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (27/1).


Agung mengatakan, dari sejumlah riset soal jumlah penduduk yang mengunjungi toko buku atau yang suka membaca, jumlahnya hanya mencapai 12-15 persen. Karena itu, perubahan untuk mendorong minat baca perlu terus ditingkatkan.

Sekarang pertanyaannya adalah, kenapa minat baca perlu ditingkatkan, lalu apa hubungannya dengan dunia penerbitan? Dan yang  terakhir, siapakah yang bertanggung jawab membina minat baca masyarakat?

Untuk mengurai pertanyaan di atas, kita harus mengerti dulu apa definisi minat baca, unsur minat baca dan bagaimana fakta dari minat baca tersebut. Pertama kita akan membahas minat baca dari segi bahasa, minat baca terdiri dari dua kata yaitu ‘minat’ dan ‘baca’. Kata minat termasuk kata benda, minat memiliki arti kecenderungan hati yg tinggi terhadap sesuatu; gairah; keinginan: saya tidak ada -- untuk belajar melukis;. Sedangkan baca termasuk kata kerja yang memiliki arti 1. , mem·ba·ca v 1 melihat serta memahami isi dr apa yg tertulis (dng melisankan atau hanya dl hati) Dengan begitu kita tau bahwa minat baca memiliki pengertian kecenderungan untuk memahami isi dari apa yang tertulis.
Sekarang kita akan membahas unsur pembentuk minat baca. Minat baca terbentuk oleh beberapa unsur yaitu manusia (sebagai subjek), karya tulis (sebagai objek), dan penggerak dari perilaku manusia, yang kami artikan disini sebagai fitrah manusia (modal yang ada disetiap manusia sejak lahir), dan terakhir yaitu mafahim (pemikiran) yang berfungsi sebagai penimbang / alat pertimbangan perilaku manusia. Keempat unsur tersebut adalah pembentuk munculnya minat baca. Dengan mengetahui hakikat dari unsur pembentuknya, kita akan mudah untuk membentuk perilaku minat baca itu sendiri, baik untuk diri kita sendiri maaupun untuk masyarakat luas.

Setelah mengetahui definisi dan unsurnya, kita akan memulai melihat fakta dari proses munculnya minat baca. Minat baca adalah sesuatu yang bukan termasuk fitrah manusia, bukan sesuatu yang muncul dari pembawaan lahir, seperti gharizah (naluri) dan hajatul udawiyah (kebutuhan jasmani), artinya minat baca tersebut harus diusahakan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengusahakannya kita harus tahu proses terbentuknya minat baca itu sendiri.

Nah Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Minat baca merupakan salah satu bentuk kecenderungan manusia, kecenderungan ini akan memunculkan perilaku atau kegiatan membaca. Kecenderungan tersebut muncul dari dorongan fitrah manusia dan kemudian mafahim akan mengarahkannya kepada pemahaman bahwa seseorang harus membaca karena memiliki beberapa manfaat. Lalu hal apa yang harus dibentuk untuk menciptakan minat baca seseorang, jawabannya adalah sebagai berikut.

Manusia memiliki bahan bakar untuk berperilaku atau bergerak, yaitu fitrah manusia yang berwujud gharizah (naluri) dan hajatul udawiyah (kebutuhan jasmani). Gharizah (naluri) di bedakan menjadi tiga, yaitu Gharizatul baqa' (naluri untuk mempertahankan diri) misalnya rasa takut, cinta harta, cinta pada kedudukan, pengen diakui, dll. Gharizatut tadayyun (naluri untuk mensucikan sesuatu/ naluri beragama) yaitu kecenderungan manusia untuk melakukan penyembahan/ beragama kepada sesuatu yang layak untuk disembah. Gharizatun nau' (naluri untuk mengembangkan dan melestarikan jenisnya) manivestasinya bisa berupa rasa sayang kita kepada ibu, teman, saudara, kebutuhan untuk disayangi dan menyayangi kepada lawan jenis. Kemudian fitrah manusia kedua adalah Hajatul udawiyah (kebutuhan jasmani) seperti rasa lapar, haus, ngantuk.

Perbedaan dari keduanya adalah terletak pada konsekuensi pemenuhannya. Gharizah (naluri) ketika tidak dipenuhinya kebutuhan tersebut tidak akan menyebabkan kematian pada diri seseorang, hanya berakibat beberapa kegoncangan jiwa. Berbeda dengan hajatul udawiyah (kebutuhan jasmani) yang akan menyebabkan kematian apabila tidak dipenuhi. Artinya apa, bahwa seseorang akan memilih untuk memenuhi hajatul udawiyah (kebutuhan jasmani) terlebih dahulu ketimbang Gharizah (naluri). Posisi kecenderungan minat baca lebih tepat muncul dari gharizah baqa’ karena motif orang membaca berhubungan dengan hasil atau manfaat apa yang dia peroleh. Artinya wajar, apabila orang yang makan, minum, pakaian dan kebutuhan pokok lainnya belum tepenuhi tidak akan sekali-kali memiliki minat baca.

Naluri tersebut bersifat fluktuatif, sehingga ketika kita hanya mengandalkan naluri untuk membangun kecenderungan kita membaca juga akan bersifat sementara saja.  terkadang manusia merasa bodoh sehingga sangat membutuhkan ilmu tambahan dari membaca, dan terkadang pula orang tidak menyadari bahwa dia itu butuh. Dari sinilah peran mafahim (pemikiran) dibutuhkan. Pertama kita harus sadar sesadar-sadarnya perbedaan manusia dengan hewan, yaitu terletak pada sandaran perbuatannya. Hewan bergerak dan berperilaku atas dasar dorongan naluri dan kebutuhan jasmani saja, sedangkan manusia disamping bergerak karena kedua hal tersebut, manusia memiliki akal yang berguna sebagai alat penimbang baik/buruk, salah/ benar. Jika kita membaca hanya karena dorongan naluri atau dalam bahasa beken ‘gue kagak mood nih buat baca, males ah..’, maka apa bedanya dengan “saudara kembar kita. Memang menumbuhkan minat baca pada awalnya perlu didorong naluri, namun dalam perjalanan tidaklah cukup untuk menjamin keistiqomahan kita dalam membaca. Perlu adanya suatu kesadaran penuh tentang pentingnya membaca. Proses penyadaran membaca akan diperoleh jika kita paham akan pentingnya membaca. Setelah paham tugas kita tinggal meyakinkan diri tentang pentingnya membaca, sehingga dengan proses yang konsisten ini akan menimbulkan reading habit.

Selain unsur dari internal manusia, kecenderungan untuk membaca ini juga terkadang muncul dari faktor eksternal. Kita tentu sering mengalaminya setiap hari, seperti kita terpaksa membaca karena akan ujian, kita pura-pura membaca supaya orang yang kita sukai simpatik, dan banyak sekali contoh kita terpaksa membaca karena bukan minat, melainkan karena terkondisikan. Untuk menumbuhkan minat baca yang berkelanjutan, tentu yang terpenting adalah menumbuhkan minat tersebut dari diri seseorang itu sendiri, karena jika hanya datang dari luar itu jelas bersifat situasional dan akhirnya hanya menghabiskan energi membaca tanpa adanya manfaat yang kita peroleh.

Untuk pembahasan mengenai hubungan minat baca dan siapakah yang berkewajiban menumbuhkan minat baca ini insyaaLlah akan dilanjutkan di lain waktu.

                                                                                                                        Yanuargo
                                                                                                                   

1 comment:

  1. Assalamu'alaikum Wr.Wb

    please share to hadisardini@gmail.com

    we need your information

    Nice

    Best Regard

    Wassalamu'alaikum Wr.Wb

    Hadi Sardini
    0856 4104 1414

    ReplyDelete

Masukan dan Nasihat dari Sobat Pustaka adalah apresiasi untuk kami.