Keluarga tawanan yang tidak disebutkan namanya itu menolak
untuk menyerahkan manuskrip tersebut dengan alasan sudah menjadi harta
warisan leluhur mereka. Namun, para peneliti spesialis naskah kuno dan
penerjemah terus meyakinkan keluarga tersebut untuk segera
mengamankannya demi mencegah kerusakan dan kelalaian lebih lanjut.
Sidi Mohamed Ould sebagai
penanggungjawab tim peneliti mengatakan bahwa naskah kuno seharusnya
ditangani dan dirawat secara khusus, dengan pengaturan suhu tertentu.
Yang terjadi, selama ini naskah berharga tersebut dirawat secara
primitif, sembrono dan penuh kelalaian, sehingga tindakan tersebut tentu
saja akan mengancam salah satu kekayaan bangsa dan kemungkinan besar
dapat menghilangkan sejarah bersangkutan.
Manuskrip ini diperkirakan berumur ribuah tahun
Dia menambahkan bahwa sebagian besar naskah masih terjebak di Mauritania, di antaranya terdapat di rumah keturunan ilmuwan dan ulama. Mereka juga menolak untuk menampilkannya dalam pameran atau pun diberikan pada para peneliti. Penolakan ini terjadi sebenarnya akibat ketidakpahaman mereka terhadap pentingnya menjaga naskah kuno dari kepunahan.
Oleh karena itu, perlu kiranya para peneliti
memberikan pemahaman tentang tata cara melindungi naskah sekaligus
meningkatkan kesadaran akan pentingnya memberikan akses terhadap para
peneliti. Sehingga, mereka tidak kecolongan informasi dari tangan
orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan hanya mengejar keuntungan
materi semata.
Para peneliti tak henti-hentinya berupaya membujuk mereka agar bisa diberikan izin untuk turut serta merawat manuskrip tersebut. Membersihkannya dari serangga, jamur, debu dan difoto pada strip mikrofilm guna penelitian lebih lanjut. (Lina/Mizan.com)
No comments:
Post a Comment
Masukan dan Nasihat dari Sobat Pustaka adalah apresiasi untuk kami.