Tropenmuseum adalah salah satu museum terbesar di Amsterdam,
dengan kapasitas delapan eksibisi permanen dan beberapa seri eksibisi
temporer, termasuk karya fotografi modern dan tradisional. Tropenmuseum
dimiliki dan dijalankan oleh Royal Tropical Institute, sebuah
yayasan yang mensponsori penelitian tentang budaya tropis di seluruh
dunia. Museum ini memiliki 176.000 pengunjung pada tahun 2009.
Frederick van Eeden, sekretaris Maatschappij ter bevordering van Nijverheid
(Masyarakat untuk Promosi Industri) mendirikan Museum Kolonial di
Haarlem pada tahun 1864, dan membukanya kepada publik pada tahun 1871.
Museum ini didirikan untuk menunjukkan kepemilikan Belanda di luar
negeri dan penduduknya seperti Indonesia. Pada tahun 1871 lembaga
tersebut mulai melakukan penelitian untuk meningkatkan keuntungan yang
didapatkan dari tanah-tanah koloni. Kegiatan tersebut dilakukan antara
lain untuk mengembangkan sarana peningkatan produksi biji kopi, rotan,
dan parafin.
Museum ini berada di bawah pengaruh para etnolog, yang memfokuskan
informasi tentang ekonomi, tata krama, dan adat istiadat penduduk. Pada
tahun 1926, museum pindah ke Amsterdam, menempati gedung yang hingga
sekarang masih digunakan. Pada saat itu museum memiliki 30.000 benda dan
sejumlah besar koleksi foto.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, ruang lingkup museum
berubah dari koloni Belanda ke banyak wilayah kolonial di Amerika
Selatan, Afrika, dan Asia. Pada tahun 1960 dan 1970-an Ministerie van Buitenlandse Zaken
(Departemen Luar Negeri) mendorong museum untuk memperluas ruang
lingkup pada isu-isu sosial seperti kemiskinan dan kelaparan. Pada awal
1970-an sebuah sayap baru untuk anak-anak telah ditambahkan. Sayap ini
sekarang disebut Tropenmuseum Junior.
Museum Antropologi di Amsterdam, Belanda, Tropenmuseum terancam
tutup lantaran penghematan dana pemerintah Belanda. Sebagaimana warta
dari laman Radio Nederland pada Senin (17/10/2011), pemerintah Belanda menghentikan subsidi bagi Koninklijk Instituut voor Tropen (KIT) mulai 1 Januari 2013. Museum sohor itu berdiri sejak 1864.
Berita
penghematan ini mengejutkan bagi baik institut berusia lebih dari 100
tahun maupun pihak luar. Menurut Direktur KIT Lejo Schenk, penghentian
subsidi berdampak pada 'marketing BV Belanda'. "Orang-orang yang pergi
ke luar negeri untuk bekerja, datang ke institut Tropen untuk
mempersiapkan tinggal di negera lain," katanya sembari menambahkan kalau
KIT adalah bagian penting dalam kerja sama pembangunan.
Di
Belanda, orang biasa mengenal KIT terutama dari Tropenmuseum. Pameran
permanen mengenai budaya Afrika, Hindia dan Karibian yang diselingi
eksposisi pendek seperti misalnya pameran anak-anak mengenai China Qi
atau aliran energi dalam tubuh kita adalah beberapa agenda museum
tersebut.
KIT juga memiliki perpustakaan besar internasional dan teater tempat publik umum bisa menikmati pertunjukan budaya beraneka ragam mulai dari nyanyian sampai tarian tango dari Argentina.
KIT juga memiliki perpustakaan besar internasional dan teater tempat publik umum bisa menikmati pertunjukan budaya beraneka ragam mulai dari nyanyian sampai tarian tango dari Argentina.
Tak
cuma itu, KIT juga mempunyai proyek di luar negeri. "Kami aktif di enam
puluh negara. Kami membangun museum di Indonesia, bekerja sama dengan
museum nasional di Vietnam, Yaman dan punya proyek di Ghana serta
Antilia Belanda," kata Schenk lagi.
Ia melanjutkan, kini ada kerja sama dengan Mauritius untuk merenovasi koleksi di pulau tersebut. Di Suriname, Tropeninstituut terlibat dengan museum anak di Villa Zapakara. Belum jelas bagaimana nasib proyek-proyek serupa yang didanai oleh anggaran kerja sama pembangunan, dan sisanya ditanggung oleh negara itu sendiri.
Ia melanjutkan, kini ada kerja sama dengan Mauritius untuk merenovasi koleksi di pulau tersebut. Di Suriname, Tropeninstituut terlibat dengan museum anak di Villa Zapakara. Belum jelas bagaimana nasib proyek-proyek serupa yang didanai oleh anggaran kerja sama pembangunan, dan sisanya ditanggung oleh negara itu sendiri.
Lejo Schenk mengatakan tahun depan semua masih
berjalan seperti biasa. Sementara itu, masih dicari sumber dana lain
bagi kerja sama pembangunan. Kemungkinan agar Tropenmuseum bisa menjalin
hubungan dengan museum lain yang berorientasi pada budaya non-Barat
seperti misalnya museum Afrika dan Museum van Volkenkunde atau Etnologi
juga dilihat.
Instutut Tropen sekarang masih memiliki anggaran tahunan sebesar 50 juta euro. Di samping 20 juta uang subsidi, pendapatan berasal dari penjualan karcis masuk, kerja sama dengan perusahaan, pemerintah lain dan organisasi dalam dan luar negeri.
Instutut Tropen sekarang masih memiliki anggaran tahunan sebesar 50 juta euro. Di samping 20 juta uang subsidi, pendapatan berasal dari penjualan karcis masuk, kerja sama dengan perusahaan, pemerintah lain dan organisasi dalam dan luar negeri.
Berhemat
Sebelum kebijakan terhadap Tropenmuseum muncul, pemerintah Belanda mengumumkan tahun lalu bahwa banyak yayasan akan kehilangan sebagian atau seluruh anggaran keuangan mereka.
Sebelum kebijakan terhadap Tropenmuseum muncul, pemerintah Belanda mengumumkan tahun lalu bahwa banyak yayasan akan kehilangan sebagian atau seluruh anggaran keuangan mereka.
Anggaran Belanda bagi kerja
sama pembangunan menjadi lebih sedikit. Jumlah organisasi pembangunan
akan turun drastis. Sehingga serangkaian proyek pembangunan juga akan
terhenti. Selain itu, kebijakan terkait duit itu membuat sembilan
kedutaan harus ditutup. Lalu, bidang pertahanan harus memotong anggaran
sebesar 635 juta euro sehingga membahayakan kelanjutan misi
internasional. Bidang seni dan budaya harus melakukan penghematan
sehingga pelbagai museum, kelompok teater, dan orkestra yang
berorientasi internasional akan merasakan dampaknya. Radio Nederland yang banyak memberikan siaran dan menyediakan situs internasional harus kehilangan 70 persen anggarannya.
Syok, itu yang dirasakan Pim Westerkamp konservator Asia Tenggara pada Tropenmuseum ketika mendengar berita museumnya tidak akan menerima subsidi lagi. Tropenmuseum jelas tidak bisa menerima keputusan pemerintah Belanda dan akan berusaha melawan langkah itu.
Syok, itu yang dirasakan Pim Westerkamp konservator Asia Tenggara pada Tropenmuseum ketika mendengar berita museumnya tidak akan menerima subsidi lagi. Tropenmuseum jelas tidak bisa menerima keputusan pemerintah Belanda dan akan berusaha melawan langkah itu.
Setelah penghematan pada KITLV (perpustakaan dengan koleksi literatur Indonesia terbesar di dunia, Red) dan Museum Volkenkunde Leiden, kini giliran Tropenmuseum.
Indonesia
Indonesia
Imbas
kendala dana juga terasa di Indonesia, kata Pim Westerkamp menjelaskan.
Subsidi yang selama ini diberikan kepada Tropenmuseum juga digunakan
untuk kerja sama dengan instansi di Indonesia. Sebagai contoh Pim
menyebut museum DKI Jakarta. "Atau untuk mendirikan museum di Sintang,
Kalbar. Dan sekarang masih ada proyek dengan UGM di Yogyakarta untuk
mendirikan studi museologi. Kerja sama itu juga terancam berhenti,"
tuturnya.
Lalu bagaimana dengan koleksi besar benda-benda dari zaman kolonial dulu?
Lalu bagaimana dengan koleksi besar benda-benda dari zaman kolonial dulu?
Pim
mengatakan pihak Tropenmuseum akan terus melawan keputusan pemerintah.
Mereka akan mencari dana dari pihak lain. Jadi mereka saat ini belum
terpikir Tropenmuseum akan ditutup.
Tropenmuseum dianggap salah satu museum paling populer di Belanda, bahkan salah satu museum sangat maju di dunia. Banyak perwakilan museum dari luar negeri datang melihat bagaimana cara Tropenmuseum menata pameran.
Tropenmuseum dianggap salah satu museum paling populer di Belanda, bahkan salah satu museum sangat maju di dunia. Banyak perwakilan museum dari luar negeri datang melihat bagaimana cara Tropenmuseum menata pameran.
"Keputusan
pemerintah sangat aneh, melihat adanya hubungan erat dengan Indonesia.
Itu tidak mungkin berhenti, tiba-tiba dalam satu tahun," tambah Pim
lagi.
Pihak Tropenmuseum sadar akan menghadapi periode sangat sulit. "Kami tidak bisa menerima Tropenmuseum, atau Tropentheater atau perpustakaan akan ditutup. Itu tidak mungkin, sebab ada begitu banyak kepentingan yang nanti akan berhenti kalau memang akan ditutup," demikian Pim Westerkamp.
Pihak Tropenmuseum sadar akan menghadapi periode sangat sulit. "Kami tidak bisa menerima Tropenmuseum, atau Tropentheater atau perpustakaan akan ditutup. Itu tidak mungkin, sebab ada begitu banyak kepentingan yang nanti akan berhenti kalau memang akan ditutup," demikian Pim Westerkamp.
Kaget
Sementara itu, Dani Pradaningrum Mijarto, pengamat heritage Indonesia-Belanda, sangat kaget mendengar keputusan pemerintah Belanda menghentikan subsidi untuk Tropenmuseum. "Kaget yang banget gitu loh. Apakah krisis ini sampai sedemikian menjatuhkan image Belanda sebagai negara yang benar-benar mempertahankan heritage mereka," kata Dani.
Sementara itu, Dani Pradaningrum Mijarto, pengamat heritage Indonesia-Belanda, sangat kaget mendengar keputusan pemerintah Belanda menghentikan subsidi untuk Tropenmuseum. "Kaget yang banget gitu loh. Apakah krisis ini sampai sedemikian menjatuhkan image Belanda sebagai negara yang benar-benar mempertahankan heritage mereka," kata Dani.
Kalau
Tropenmuseum sampai ditutup, hal itu akan merupakan kiamat bagi
Indonesia menurut Dani. "Saya lebih suka Tropenmuseum tetap dibuka dan
barang-barang kita yang mungkin saja bangsa Indonesia tidak bisa
merawat, ya tetap di situ," tuturnya.
Menurut Dani sangat mungkin koleksi Tropenmuseum dipindahkan ke Indonesia. Namun, ia meragukan apakah Indonesia mampu merawatnya. Banyak sekali koleksi yang sudah ada di Indonesia terbengkalai.
Menurut Dani sangat mungkin koleksi Tropenmuseum dipindahkan ke Indonesia. Namun, ia meragukan apakah Indonesia mampu merawatnya. Banyak sekali koleksi yang sudah ada di Indonesia terbengkalai.
"Nanti kemudian ada tambahan
sekian ribu lagi dari Tropenmuseum ke Indonesia. Indonesianya bukan
hanya Jakarta, tapi juga mungkin harus kembali ke Kalimantan, Jawa
Tengah, yang mereka pun kesulitan dana. Kita kan masih memikirkan
sandang pangan," ujar Dani.
Dani mengaku khawatir kelanjutan kerja sama yang selama ini sudah terjalin antara kedua negara. Ia cemas bantuan Belanda di bidang pelatihan, konservasi, konsultasi terkait heritage dan SDM akan dihentikan. "Bantuan-bantuan itu masih sangat perlu, karena urusan heritage sangat mahal," ujarnya.
Dani mengaku khawatir kelanjutan kerja sama yang selama ini sudah terjalin antara kedua negara. Ia cemas bantuan Belanda di bidang pelatihan, konservasi, konsultasi terkait heritage dan SDM akan dihentikan. "Bantuan-bantuan itu masih sangat perlu, karena urusan heritage sangat mahal," ujarnya.
"Indonesia
belum mampu menangani sendiri peninggalannya. Kalau memang sudah mampu,
ya hentikan saja dari kemarin-kemarin bantuan dari Belanda atau
Amerika. Buktinya, mereka mengurus wayang, minta dari kedutaan Amerika,"
demikian Dani Pradaningrum Mijarto.
Dari Berbagai Sumber : DCY
No comments:
Post a Comment
Masukan dan Nasihat dari Sobat Pustaka adalah apresiasi untuk kami.